Majelis Ta'lim Kantor Urusan Agama Kaligondang


8 Oktober 2025 pkl. 08.30 WIB, Majelis Ta'lim Kantor Urusan Agama Kaligondang, Kajian kitab Nashoihul Ibad diikuti oleh semua pegawai.

Lima Pegangan yang Harus Dipatuhi
Dari guru Syekh Hatim Al-Asham, yaitu Syaqiq Al-Balkhi mengatakan:

“Laksanakanlah lima perkara ini: beribadalah kepada Allah sebanyak apa yang kamu perlukan dari-Nya: berdosalah kepada Allah sejauh kamu mampu memikul siksa-Nya: Himpunlah bekal di dunia sebanyak usiamu di dunia, dan berbuatlah derni surga, seukur kedudukan surga yang kamu kehendaki.”

Warga surga itu bertingkat-tingkat, sesuai dengan banyak-sedikit amal kebajikannya. Untuk yang tertinggi kebajikannya, maka tingkatan surganya juga paling tinggi.

Dalam kesempatan lain Syaqiq Al-Balkhi mengatakan: “Saya mencari lima hal, kemudian saya temukan pada lima perkara, yaitu: Saya mencari kesanggupan meninggalkan dosa, lalu saya temukan pada salat Dhuha: saya mencari pancaran sinar dalam kubur, lalu saya temukan pada salat Lail (salat malam): saya mencari jawaban terhadap Mungkar dan Nakir, kemudian saya temukan pada pembacaan Alqur-an, saya mencari kemampuan melintasi titian, lalu saya temukan pada puasa dan sedekah: dan saya mencari teduhan Arasy, ternyata saya temukan dalam mengasingkan diri.

Syaqiq Al-Balkhi ialah anak seorang hartawan. Dalam suatu perjalanan siaganya ke Turki, sempat memasuki sebuah rumah penyembahan berhala.

Di samping banyak terdapat berhala, diketahui juga banyak pendeta yang berkepala gundul dan tidak berjenggot. Kepada seorang pelayan di situ Syagig berkata: “Anda diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Hidup, Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.

Sembahlah kepada-Nya, tidak perlu lagi menyembah pada berhala-berhala yang tidak berbahaya juga tidak berguna!” Dengan diplomatis pelayan itu menjawab: “Jika benar, apa yang kamu katakan, bahwa Tuhan Maha Kuasa memberi rezeki kepadamu di negerimu sendiri, mengapa Tuan dengan susah payah datang kemari untuk berniaga?” Maka terketuklah hati Syagig dan untuk selanjutnya menempuh kehidupan Zuhud.

Kisah lain tentang kezuhudan Syagig, menuturkan jalan cerita yang berbeda. Bermula dia melihat seorang hamba bermain-main, sementara kehidupan perekonomian mengalami paceklik, yang melanda manusia secara merata.

Kepada hamba itu Syaqiq bertanya: “Apakah kerja Anda, bukankah Anda tahu orang-orang sedang menderita karena paceklik?” Si hamba itu menjawab: “Saya tidak mengalami paceklik, karena majikanku memiliki perkampungan subur yang hasilnya mencukupi keperluan kami.

” Di sinilah Syaqiq mulai terketuk hatinya dan berkata: “Jika hamba tersebut tidak memikirkan rezeki karena majikannya memiliki .

Perkampungan yang subur, toh si majikan itu sendiri adalah makhluk yang melarat, maka bagaimana bisa patut jika orang muslim memikirkan rezekinya, sedang Tuhannya Maha Kaya?”

(Terjemah kitab Nashoihul Ibad)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKHLAK LEBIH TINGGI DERAJATNYA DARIPADA ILMU

RETREAT TIM EFEKTIF MEDIA SOSIAL PENYULUH AGAMA ISLAM PURBALINGGA

TALENTA 3 PENYULUH AGAMA ISLAM KUA KALIGONDANG